Saturday, July 25, 2009

Rupiah Tidak Rontok Oleh Bom Teroris.

Nilai tukar rupiah menguat dan telah menembus level psikologis Rp 10.000 per Dollar AS setelah menguat 65 poin dari sehari sebelumnya hanya beberapa hari setelah ledakan bom teroris. Luar biasa, sesuatu yang tidak mungkin terjadi pada masa masa lalu. Bahkan percepatan penguatan rupiah ini kabarnya agak ditahan atau direm oleh bank central demi menyelamatkan para exportir. Hal ini bisa kita lihat bahwa gerakan rupiah lebih lambat bila dibandingkan dengan gerakan IHSG setelah kemarin meroket 40 poin dan ditutup pada level 2.185,6 yang mana merupakan level tertinggi sejak kejatuhannya akibat krisis finansial global akhir 2008.

Terlepas dari akibat penurunan nilai dollar Amerika terhadap mata uang regional, aksi borong rupiah dan saham ini tak lepas dari kepercayaan para investor dan para pelaku ekonomi baik luar dan dalam negeri terhadap kesehatan ekonomi Indonesia pada umumnya ditengah krisis global saat ini. Hal ini sangatlah tidak mengherankan seandainya beberapa hari lalu tidak ada ledakan bom teroris, sebab secara umum memang fundamental ekonomi kita jauh lebih baik bila dibandingkan saat krisis ekonomi 1998 yang lalu. Tetapi yang mengherankan adalah penguatan ini terjadi disaat bangsa ini masih terguncang oleh ledakan bom teroris, bahkan garis Polisi pada TKP pun saat ini masih ada dan belum dibuka.

Artinya para investor dan pelaku ekonomi sama sekali "ignoring" issue ledakan bom teroris. Mengapa? Pertama, karena mereka mengetahui fundamental ekonomi kita memang baik. Disamping para investor telah mulai memalingkan diri dari USD karena Rupiah dianggap lebih menguntungkan saat ini. Kedua, hasil pilpres yang memenangkan pasangan SBY dan Boediono adalah sesuai dengan keinginan pasar dan pelaku ekonomi, sehingga mereka pun turut mendukung dengan menciptakan sentimen pasar yang mengarah ke penguatan rupiah dan saham.

Tuesday, July 21, 2009

Elit Politik Korban Teroris

Seperti kita ketahui bahwa pidato SBY beberapa jam pasca ledakan mega kuningan banyak menuai kritik dan kecaman. Para pengritik dan pengecam menganggap SBY terlalu cepat bereaksi dan terlalu cepat menuduh pada kelompok bahkan individu tertentu.

Terlepas apakah dalam hal ini SBY memang sepatutnya di kritik ataukah para pengkritik sebenarnya orang orang yang kecewa terhadap hasil pilpres, kita tidak tahu.
Yang kita tahu adalah SBY sangat emosi saat itu. Sesuatu yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Pertanyaannya adalah mengapa SBY sampai seemosi itu?

Sebenarnya kemarahan yang tercermin dari seorang SBY adalah akumulasi dari kemarahan yang terpendam selama ini akibat adanya pernyataan pernyataan dan isu isu sebelumnya.
Seperti telah kita ketahui bahwa sehubungan dengan hasil pilpres, salah satu cawapres telah mengeluarkan statmen statmen baik dimedia cetak maupun elektronik yang sifatnya cenderung provokative. Salah satunya adalah mengatakan bahwa jangan sampai negara kita seperti negara Iran. dan banyak lagi statmen statmenya yang bersifat provokative.
Jadi secara manusiawi wajar sekali SBY bereaksi seperti itu setelah statmen statmen dan isue isue yang dia dengar selama ini. Seandainya tidak ada statmen stament seperti itu tidak ada alasan SBY untuk emosi dan "menuduh" pihak tertentu.

Justru yang harus kita kritik dan kita kecam sebenarnya adalah pihak yang telah mengeluarkan statmen statmen yang tidak bertanggung jawab tersebut. Tidak seharusnya dia mengatakan statmen statmen seperti itu. Apa maksud dengan semua statmen statmenya?

Seharusnya dia sadar bahwa statmen statmen tersebut bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga.
Dan kenyataanya memang telah dimanfaatkan oleh pihak ketiga yaitu teroris. Saya rasa sidikit banyak teroris telah memanfaatkan momen ini. Momen dimana ada satu pihak mengancam pihak lain.

Dan pada kenyataanya memang pihak teroris lah yang mendapatkan keuntungan ganda. Di satu sisi tujuan utamanya yaitu perhatian internasional tercapai, disisi lain hubungan para elit politik kita akhirnya semakin "hancur" karena efek ledakan bom teroris tersebut. Sebab teroris tahu bahwa satu pihak akan menuduh pihak lain kalau mereka meledakan bom saat saat ini.

Jadi statment statmen yang tidak bertanggung jawablah yang sebenarnya telah memancing emosi dan kecurigaan seorang SBY dan yang paling menyakitkan adalah statmen stamen tersebut telah dimanfaatkan oleh teroris untuk memecah belah elit politik pada khususnya dan bangsa ini pada umumnya disamping juga tujuan dasar dari teroris yaitu membuka mata dunia atas eksistensinya.

Saturday, July 18, 2009

Seandainya Teror Bom Terjadi Sebelum Pilpres

Seandainya ledakan bom di mega kuningan terjadi sebelum pilpres atau terjadi pada saat saat masa kampanye.
Saya yakin dan sudah dapat dipastikan bahwa para capres dan cawapres akan tampil di setiap stasiun TV sedang meninjau lokasi ledakan dan setelah itu akan meninjau atau mengunjungi para korban ledakan di setiap rumah sakit dan menyatakan turut prihatin dan bla..bla..bla.

Seperti ketika kita melihat sendiri bagaimana reaksi mereka terhadap kasus Ny. Prita yang terjerat masalah dengan salah satu Rumah sakit. Bagaimana mereka saling berusaha dulu duluan membantu Ny Prita. Bagi Ny Prita hal ini merupakan sesuatu yang menguntungkan secara pribadi. Sementara di lain pihak hal ini menunjukkan bagaimana hukum di Indonesia begitu memihak pada yang lebih kuat (baik harta maupun kekuasaan). Artinya hukum yang di anut di negri ini ternyata adalah hukum rimba, siapa yg kuat dia yang menang.

Sementara apa yang kita lihat sekarang pasca ledakan mega kuningan, sama sekali tidak terjadi apa yang saya andaikan pada tulisan saya diatas. Tidak terlihat para peserta capres dan cawapres yang mengunjungi atau menjenguk para korban ledakan mega kuningan. Malahan saling bersitegang diantara mereka karena satu pihak merasa disudutkan pihak lain atas peristiwa teror bom tersebut.

Jadi pelajaran yang saya dapatkan adalah, retorika retorika mereka pada saat saat menjelang pilpres dan cawapres semuanya adalah "bulshit", palsu dan "pamrih".

Untuk kedepan, semoga masyarakat juga menyadarinya sehingga kita tidak mudah terbujuk sesuatu yang busuk pada acara lima tahunan negeri ini.

Mega Pro Korban Mega Kuningan ?

Saya turut berduka terhadap para korban ledakan bom yang terjadi di Mega Kuningan. Tepatnya pada hari Jum'at 17 Juli 2009 sekitar pukul 7.40 wib telah terjadi 2 ledakan bom di hotel JW Meriot dan Ritz Carlton Jakarta Selatan.

Saat ini pelaku dan motive sedang dalam penyelidikan Polri. Tetapi satu hal yang pasti adalah timingya tepat disaat proses Pilpres sedang berlangsung dan sedang dalam tahap penghitungan suara.

Ada suara suara yang cenderung mengarah kesalah satu peserta pilpres karena terkait dengan pernyataanya yang menyebut salah satu negara di timur tengah yang rusuh pasca pemilu.
Siapapun pelakunya dan apapun motivenya, yang pasti mereka memang memanfaatkan situasi pilpres yang memang sedikit bersuhu tinggi.

Sementara dalam menanggapi pernyataan SBY pasca ledakan, pihak Mega Pro merasa disudutkan dan meminta issue bom tidak dipolitisasi.

Diluar para korban sesungguhnya, ledakan bom kemarin telah memakan 2 "korban", yaitu Mega Pro dan Mega Kuningan.

Apakah benar Mega Pro korban atau mengorbankan Mega Kuningan ? Kita tunggu saja hasil penyelidikan dari Polri. Hanya itulah yang bisa kita lakukan disamping jangan terpancing dengan ajakan memperkeruh suasana ketentraman bangsa dan negara. Sebab bangsa dan negara adalah milik kita rakyat Indonesia bukan milik kelompok, golongan ataupun partai.

Wednesday, July 8, 2009

Quick Count Unggulkan SBY

Hari ini tanggal 8 Juli 2009 telah dilaksanakan pemungutan suara untuk memilih Presiden dan wakil presiden dan telah pada tahap penghitungan suara.
Dari hasil quick count beberapa lembaga survey dan stasion TV, sementara ini SBY unggul mutlak dan tanpa harus dilakukan 2 putaran.

Walaupun ini baru hasil quick count, tetapi dari pengalaman sebelumnya quick count sangat tidak meleset jauh dari hasil hitung manual oleh KPU. Bahkan boleh dikatakan dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya sebagai hasil pembanding. Tentu hasil quick count bukan hasil resmi, tetapi dapat kita jadikan sebagai "ancer-ancer".

Sementara dari hasil quick count bisa kita lihat bahwa rakyat Indonesia telah memilih pemimpinya untuk lima tahun kedepan adalah SBY dan Boediono.

Secara ilmiah quick count bisa dipertanggung jawabkan. Untuk itu secara ilmiah dan logika berpikir saya, saat ini pun saya dapat memberi selamat kepada SBY dan Boediono dan mempersilakan untuk melanjutkan.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) – Trans Corp telah mengakhiri penghitungan cepat terhadap perolehan suara dalam Pemilu Presiden 2009-2014 dengan sampel 2.116 TPS yang tersebar di setiap Propinsi di seluruh Indonesia. Sampel TPS dipilih dengan menggunakan metode Kombinasi Stratified-Cluster Random Sampling.

Hasil akhir perhitungan cepat menunjukkan bahwa pasangan SBY-Boediono mendapat suara terbanyak sebesar 60.82%, dan secara Statistik unggul signifikan dari pasangan Mega-Prabowo (26.57%) dan JK-Win (12.61%).

Search This Blog