Luar biasa, bravo, hanya sekitar tiga minggu pasca ledakan mega kuningan, Densus 88 telah berhasil menyergap tiga tempat teroris yaitu Koja di Jakarta Utara, Jatiasih di Bekasi dan Temanggung di Jawa tengah. Dan berhasil menangkap beberapa orang dan menewaskan 3 orang yang salah satunya dipercayai sebagai Noordin M Top.
Lepas dari benar tidaknya Noordin M Top telah terbunuh, hal ini merupakan keberhasilan dari pihak intelijen kita yang patut kita acungi jempol. Ya memang patut kita acungi jempol untuk proses pelacakan dan pengejaranya. Walaupun sedikit disayangkan tidak terlalu sukses untuk proses penyergapannya. Dimana sampai memerlukan waktu lebih dari 17 jam dan toh ternyata tidak bisa menangkap hidup hidup orang yang dicurigai sebagai Noordin M Top.
Satu yang patut kita sadari adalah betapa besarnya makna atau nilai dari penyergapan di Jatiasih Bekasi. Betapa tidak, sebab diketahui bahwa penyerbuan Jatiasih telah menggagalkan rencana pengeboman selanjutnya yang akan dilakukan sekitar perayaan kemerdekaan RI yang tempatnya pun ternyata telah diluar dari pekem pakem teroris yang selama ini kita ketahui.
Ternyata tempat kediaman Sby dan Istana Negara adalah target ledakan selanjutnya, waktunya pun hanya sekitar dua minggu sebelum penyergapan.
Mengapa saya katakan diluar pakem pakem teroris? Sebab khususnya di Indonesia dan umunya di dunia, teroris selalu menargetkan simbol simbol barat khususnya Amerika dan sekutunya bukan simbol simbol negara RI atau negara negara dimana teror bom dilakukan.
Apakah ini berarti telah terjadi pergeseran nilai nilai yang dianut oleh para teroris teroris generasi baru? Pertanyaan yang perlu kita dalami bersama tentunya.
Bayangkan seandainya jajaran Polisi kita, Intelijen kita dan khususnya Densus 88 sedikit terlambat. Maka bahaya yang akan kita hadapi 2 minggu kedepan adalah sangat besar. Sebab dari temuan bahan peledak di Jatiasih kita ketahui berdaya ledak jauh lebih besar dari bom mega kuningan yang lalu. bukan saja bom bunuh diri tetapi bom mobil.
Kalau memang benar korban di Temanggung adalah Noordin M Top, maka penyergapan di ke tiga tempat tersebut merupakan keberhasilan aparat kita yang telah menggelar 2 jenis operasi dalam waktu yang bersamaan dan hal ini perlu kita hargai setinggi tingginya.
Mengapa saya katakan telah dilakukan 2 jenis operasi? Sebab saya menganggap operasi Jatiasih adalah operasi penggagalan aksi teroris dan yang di Temanggung adalah operasi penumpasan aktor teroris. Jadi selain rencananya kita gagalkan, perencananya pun telah kita tumpas.
bayangkan kalo hanya operasi Temanggung saja yang berhasil dilakukan, artinya sekitar tanggal 17 Agustus nanti kita akan dikejutkan lagi oleh terror bom. Sementara kalau hanya operasi Jatiasih saja yang dilakukan artinya teror bom masih akan terjadi walaupun mungkin agak lebih lama dari 2 minggu kedepan.
Memang seandainya Noordin M Top telah tamat, bukan berarti teroris pun telah tamat. Itu yang menjadi tantangan aparat kita dan masyarakat luas kedepan.
No comments:
Post a Comment