Melihat drama yang sedang berlangsung saat ini yang diperankan oleh buaya dan cicak, sungguh sangat membuat miris hati para penonton drama. Para penonton dibuat geram dan terbawa emosi oleh peran yang sedang dilakoni oleh sang buaya. Disisi lain penonton dibuat iba dan simpati terhadap peran yang sedang dilakoni oleh sang cicak.
Sesama binatang melata, kelihatan sekali bahwa buaya sangat arogan dengan dirinya yang merasa lebih besar dan merasa lebih tua. Sementara cicak dianggap sangat kecil dan baru lahir kemarin sore. Tetapi dibalik kesombongan sang buaya sebetulnya tersimpan rasa takut yang amat sangat sehingga membuatnya salah tingkah, tepatnya salah bertingkah. Cicak yang kecil dilihatnya sebagai ancaman yang besar.
Penonton pun mahfum bahwa dibalik kesombongannya sebenarnya buaya menyimpan rasa takut. Takut akan dipermalukan oleh si pembasmi nyamuk penghisap darah. Sebab penonton meyakini bahwa diantara para buaya tersebut berperilaku layaknya nyamuk, menghisap darah.
Dilihat dari tugasnya, buaya seharusnya membantu cicak dalam membasmi nyamuk si penghisap darah. Tetapi peran buaya yang dipertontonkan pada drama ini kelihatannya justru ingin membasmi atau setidaknya menggagalkan sang cicak dalam membasmi nyamuk si penghisap darah.
Penontonpun bertanya tanya mengapa buaya seolah olah ingin melindungi nyamuk dari sang cicak? Jawabanya sebenarnya mudah sekali. Kalau ada pihak yang tidak senang akan kehadiran cicak, berarti dia berperilaku seperti nyamuk, penghisap darah juga
Saturday, October 31, 2009
Thursday, October 8, 2009
Benarkah Kontruksi Hotel Ambacang ?
Gempa memang tidak dapat diprediksi kapan datangnya tetapi kita bisa mengetahui potensinya.
khususnya potensi kepulauan Indonesia yang terletak di cincin api dan fakta bahwa kepulauan kita juga terletak pada "megathrust" contohnya kepulauan Mentawai sebelah barat dari pesisir Sumatra Barat. Hal tersebut seharusnya kita pahami sebaik mungkin untuk tindakan antisipasi kita. Khususnya pada kontruksi setiap bangunan yang berdiri di negara ini seharusnya menerapkan konstruksi tahan gempa. Hal yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa hotel Ambacang adalah yang paling "deadly building" ? Saya yakin banyak hotel di Padang tetapi mengapa hanya hotel Ambacang yang paling parah? Saya curiga ada yang salah dengan kontruksinya. Mungkinkah bangunan hotel Ambacang lebih mementingkan arsitekturnya dari pada safety-nya? Pertanyaan yang wajar sekali timbul sebab dari hotel inilah yang lebih banyak memakan korban dari pada hotel hotel lainnya di Padang.
Memang pada dasarnya bangsa ini belum sadar tentang arti sebuah keselamatan khususnya safety sebuah bangunan. Itulah mengapa sering kita dengar mobil terjun dari lantai atas sebuah gedung bertingkat di Jakarta dikarenakan gedung tersebut ternyata tidak mengikuti standar keamanan yang semestinya. Jadi bisa kita bayangkan di Jakarta saja ternyata gedungnya tidak mempunyai standar keamanan, bagaimana gedung gedung di daerah daerah dan pelosok negri ini ? Pertanyaan yang sangat mudah ditebak dan saya yakin anda pun tahu jawabannya.
Sekali lagi yang perlu kita sadari adalah bahwa disamping Indonesia terletak didaerah "ring of fire" Indonesia juga terletak di pertemuan antara lempeng eurasia dan australia yang merupakan lempeng benua serta lempeng pasifik yang merupakan lempeng samudra. Hal ini merupakan fakta bahwa kita hidup didaerah rawan gempa baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. Jadi seyogyanya bangsa ini dalam mendirikan bangunan harus tahan gempa dan hal ini merupakan keharusan khususnya bangunan yang diperuntukan untuk umum. Perkantoran, Hotel, apartemen dan bangunan bangunan publik lainnya.
Jadi saya pikir sudah saatnya pemerintah mengeluarkan standar nasional untuk bangunan publik di Indonesia.
khususnya potensi kepulauan Indonesia yang terletak di cincin api dan fakta bahwa kepulauan kita juga terletak pada "megathrust" contohnya kepulauan Mentawai sebelah barat dari pesisir Sumatra Barat. Hal tersebut seharusnya kita pahami sebaik mungkin untuk tindakan antisipasi kita. Khususnya pada kontruksi setiap bangunan yang berdiri di negara ini seharusnya menerapkan konstruksi tahan gempa. Hal yang menjadi pertanyaan saya adalah mengapa hotel Ambacang adalah yang paling "deadly building" ? Saya yakin banyak hotel di Padang tetapi mengapa hanya hotel Ambacang yang paling parah? Saya curiga ada yang salah dengan kontruksinya. Mungkinkah bangunan hotel Ambacang lebih mementingkan arsitekturnya dari pada safety-nya? Pertanyaan yang wajar sekali timbul sebab dari hotel inilah yang lebih banyak memakan korban dari pada hotel hotel lainnya di Padang.
Memang pada dasarnya bangsa ini belum sadar tentang arti sebuah keselamatan khususnya safety sebuah bangunan. Itulah mengapa sering kita dengar mobil terjun dari lantai atas sebuah gedung bertingkat di Jakarta dikarenakan gedung tersebut ternyata tidak mengikuti standar keamanan yang semestinya. Jadi bisa kita bayangkan di Jakarta saja ternyata gedungnya tidak mempunyai standar keamanan, bagaimana gedung gedung di daerah daerah dan pelosok negri ini ? Pertanyaan yang sangat mudah ditebak dan saya yakin anda pun tahu jawabannya.
Sekali lagi yang perlu kita sadari adalah bahwa disamping Indonesia terletak didaerah "ring of fire" Indonesia juga terletak di pertemuan antara lempeng eurasia dan australia yang merupakan lempeng benua serta lempeng pasifik yang merupakan lempeng samudra. Hal ini merupakan fakta bahwa kita hidup didaerah rawan gempa baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. Jadi seyogyanya bangsa ini dalam mendirikan bangunan harus tahan gempa dan hal ini merupakan keharusan khususnya bangunan yang diperuntukan untuk umum. Perkantoran, Hotel, apartemen dan bangunan bangunan publik lainnya.
Jadi saya pikir sudah saatnya pemerintah mengeluarkan standar nasional untuk bangunan publik di Indonesia.
Subscribe to:
Posts (Atom)