Saturday, March 14, 2009

DKI, Apanya Yang Macet ?

Sungguh kemacetan di Jakarta sepertinya tidak bergeming walaupun sudah "diatasi" dengan cara membangun system bus way. Masalahnya adalah fikiran yang kita gunakan sebenarnya salah kalau beranggapan bahwa sistem bus way adalah untuk mengatasi kemacetan. Kalau anggapan kita adalah salah, berarti untuk apa dan mengapa sampai ada sistem bus way ? Itulah pertanyaannya.

Dari awal mendengar sistem transportasi busway, saya sudah menduga bahwa sistem ini tidak ada gunanya ditinjau dari sisi kemacetan lalu lintas, yang mana justru alasan ini yang mendasari mengapa sistem busway dibangun. Tetapi untuk alasan lain mungkin ada sedikit berguna, yaitu alasan sedikit kenyamanan dari para penggunanya. Sebab terus terang saja bus kota Jakarta sebelum ada bus way sangat tidak "manusiawi" sekali. Namun belakangan ini saya lihat sendiri bahwa ternyata naik busway pun sekarang cenderung berjejal-jejalan seperti layaknya dulu sebelum ada busway. Masalahnya adalah jumlah bus yang beroperasi ternyata tidak sebanding jumlah penumpang pada jam-jam sibuk. Hal ini merupakan penyia-nyiaan fasilitas jalur busway yang telah dibuat. Sebab jalur busway adalah dibangun dengan mengurangi porsi jalan raya yang sudah ada sebelumnya. Jadi kalau ternyata porsi jalan yang sudah "dirampas" ternyata tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka sangat sia-sia sekali, sebab kendaraan yang lain tidak bisa memanfaatkanya, adapun banyak yang menyerobot itu mungkin karena mereka para pengemudi non busway merasa "mubazir" ada jalan kosong sementara mereka merayap berbagi jalan yang tersisa setelah "dirampas" busway. Seandainya jalur busway tersebut tidak kosong melompong, mungkin para pengemudi non busway tidak merasa terlalu sakit hati, sebab toh jalur hasil "rampasan" tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Seperti telah saya sebutkan diatas dari sisi kemacetan lalu lintas, sistem busway adalah "its not works". Seandainya "its works" saya jamin hanya bertahan paling lama 2 tahun. Sebab sebelum sistem busway dibangun saja jumlah kendaraan dan panjang jalan di DKI sudah tidak seimbang atau overload, ternyata bukan panjang jalan nya ditambah malah dikurangi. Dari sudut ini saja berarti sudah irasional saya pikir.

Selama transportasi massa kita masih "tradisional" atau kuno, jangan harap kemacetan di DKI dan sekitarnya akan terurai, meskipun kita sanggup menambah panjang jalan disesuaikan dengan jumlah kendaraan. Sebab kembali lagi akan macet setelah 5 - 10 tahun, kalau pertumbuhan kendaraan bermotor tetap seperti pertumbuhan tahun-tahun lalu.

Transportasi Jakarta sangat tertinggal sekali dibanding dengan 3 Ibukota tetangga terdekatnya,
Kualalumpur, Bangkok dan Singapore. Sementara mereka sudah punya transportasi yang bukan tradisional sejak lama, kita baru sedang akan membangun monorel dan ternyata macet. Saya jadi berpikir semua yang berhubungan dengan lalu lintas Jakarta ujung-ujungnya macet, ya lalu lintasnya, ya proyek fasilitasnya.
Siapa tahu orang-orang yang terlibat dalam perlalulintasan dan transportasi di DKI juga mengalami hal yang sama, gak bisa berpikir karena otak macet. Wah kasihan kalau begitu......para pengguna jalan.

Saturday, March 7, 2009

Kualitas Autobahn Hanya Mimpi.

Motor baru berumur satu tahun harus ganti shockbreaker ? itulah yang saya alami baru-baru ini. Sesuatu yang belum pernah saya alami pada motor-motor saya sebelumnya. Maksud saya baru pertama kali ini saya ganti shockbreaker motor sejak saya punya motor pertama kali. Artinya saya belum pernah harus mengganti shockbreaker motor sebelumnya. Dan minggu lalu saya ternyata harus mengganti tie rod dan balljoin mobil saya. Sungguh saya sangat kecewa sekali. bukan kecewa dengan uang yang harus saya keluarkan untuk penggantian sparepart2 kendaraan saya. Tetapi saya sangat kecewa dengan keadaan dan kondisi jalan di Jabodetabek pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Sungguh kondisi jalan di Jakarta dan sekitarnya, seperti layaknya di negara sangat miskin di pedalaman Afrika, mungkin malah jalanan disana jauh lebih baik dari disini, siapa tahu ?
Yang jelas kondisi jalan di Indonesia sangat2 memalukan sekali.
Saya rasa kalau hanya memalukan sih tidak apa2. Ternyata tidak hanya memalukan tetapi bahkan mencelakakan. Seingat saya tahun lalu saya pernah baca di media cetak bahwa di DKI yang katanya metropolitan bahkan megapolitan ternyata jalan rayanya meminta korban sampai lebih dari 30 korban jiwa. Bukan karena tabrakan satu sama lain. Tetapi karena terjatuh dari motor karena jalan yang rusak. Artinya kondisi jalan Ibukota sudah pada tahap memakan korban, bukan hanya sekedar mambahayakan.

Dan yang bikin saya sewot dan mengumpat adalah alasan jalan tidak atau belum diperbaiki karena alasan klasik dan "ndeso" , yaitu alasan dana.
Kalau alasannya seperti itu, ya tidak perlu sekolah untuk menjadi orang yang berkata seperti itu.

Kenapa yang ada dibenak mereka memperbaiki jalan itu layaknya seperti membuat jalan baru ??? Atau memang itulah target mereka membuat jalan menjadi baru lagi ???
Ya tentu perlu dana yang besar untuk membuat jalan menjadi baru lagi.

Seandainya mereka yang bertanggung jawab terhadap jalan mau berniat baik untuk kepentingan bangsa ini, sebetulnya tidak perlu dana yang besar untuk menjaga jalan tetap mulus sampai pada waktunya harus dilapis ulang. Masalahnya disini adalah jalan belum waktunya dilapis ulang tetapi harus sudah dilapis ulang karena sudah terlanjur hancur. Sebab apa ? sebab memang didiamkan saja ketika mulai berlubang.

Seandainya lubang2 yang katakanlah baru selebar telapak tangan segera ditambal dengan benar dan tidak asal tambal, saya yakin jalan jalan bisa dilapis ulang sesuai schedule nya. Dan seandainya belum ada dana pun jalan masih bisa dipakai walaupun lapisan atasnya mungkin sudah habis tetapi kondisi jalan masih rata tidak seperti kubangan kerbau.

Kalau cuma memelihara jalan supaya berumur panjang tidak perlu biaya besar lain ceritanya kalau memperbaharui jalan ya tentu perlu biaya besar.

Gitu saja kok kayaknya susaaahhh banget ya... heran...............gregetan rasanya.......

Search This Blog